search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mengulas Terobosan Menparekraf Untuk Pemulihan Pariwisata Bali
Senin, 15 Februari 2021, 19:10 WITA Follow
image

bbn/voffice.co.id

IKUTI BERITABADUNG.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABADUNG.COM, MENGWI.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno resmi berkantor di Bali pada 28 Januari lalu. Perpindahan tersebut dikarenakan keinginan Sandi yang ingin merasakan secara langsung bagaimana kondisi pariwisata di Bali dan menampung segala keluhan terkait terdampaknya pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali.

Namun, perpindahan tersebut terasa kurang tepat karena terkesan amat memprioritaskan Bali sebagai daerah pariwisata pertama yang wajib dibangkitkan. Hal tersebut dapat dicermati dari sejumlah terobosan yang Sandi perbincangkan dengan selalu menyisipkan kata "prioritas" untuk Bali. Padahal ia sendiri memiliki salah satu tugas besar yang diminta langsung oleh Jokowi untuk mengembangkan 5 destinasi super prioritas yang juga terdampak pandemi. 

Sejumlah terobosan baru untuk kehidupan pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali pun ia suarakan, dimulai dari memberikan program padat karya yang berupaya untuk memberikan perhatian lebih bagi 177 desa wisata yang ada di Bali. 

Selain itu, program lain yang hendak direalisasikannya adalah berkaitan langsung dengan perencanaan dibukanya Bali agar wisatawan mancanegara (wisman) dapat berkunjung kembali. 

Program tersebut dikenal dengan free covid-19 corridor yang sempat ramai diperbincangkan. Free covid-19 corridor ini memperbolehkan wisatawan mancanegara berkunjung ke Bali jika telah melaksanakan vaksinasi dan program ini digadang-gadang akan mulai memasuki tahap rakornas pada bulan Maret mendatang.  

Namun, efektivitas dari program tersebut sedikit dipertanyakan. Jika melihat rentetan peristiwa yang telah terjadi selama pandemi, berbagai polemik yang melibatkan wisatawan mancanegara sudah banyak terjadi. Mereka kerap berbuat seenaknya dan kurang mengindahkan protokol kesehatan, sehingga implementasi dari program ini patut dikaji lebih lanjut karena vaksinasi tidak akan bekerja dengan baik jika tidak diimbangi dengan perilaku proteksi diri yang baik pula. Diperlukan ketegasan aturan paripurna terkait pelaksanaan program ini kedepannya. 

Terobosan selanjutnya yang dikeluarkan oleh Sandiaga Uno adalah menciptakan program visa jangka panjang supaya wisatawan mancanegara bisa tinggal dalam kurun waktu yang lebih lama atau sampai 5 tahun. 

Program visa jangka panjang tersebut diakuinya telah ia pikirkan dengan sangat baik termasuk untuk menghindari kasus serupa yang dialami oleh Kristen Grey. Untuk itu, syarat yang wajib dipenuhi oleh wisatawan mancanegara salah satunya adalah melakukan simpanan deposito senilai 2 milliar per orang. Program ini disinyalir sebagai salah satu pendukung pemulihan ekonomi karena jika masa tinggal diatur lebih lama, maka akan menciptakan perputaran ekonomi yang bernilai positif. 

Dan terobosan terakhir yang baru-baru ini diperbincangkan adalah program pemberian pinjaman lunak atau soft loan sebesar Rp. 9,4 triliun yang saat ini akan segera direalisasikan untuk mengatasi dampak pandemi di Bali. Diusulkannya program pinjaman tersebut berkaca dari pertumbuhan ekonomi di Bali yang terkontraksi di keempat kuartal sepanjang tahun 2020, dimana pertumbuhan ekonomi Bali terpantau selalu negatif.

Program pinjaman lunak ini terkesan memberikan angin segar di permukaan bagi para pelaku usaha sektor pariwisata di Bali. Namun, sebaiknya sebuah program yang baik tidak menggantungkan harapan di permulaan jika nantinya syarat serta aturan yang diberlakukan tidak sesuai dengan realitas yang ada. 

Jangan sampai program ini ke depannya malah menempatkan para pelaku usaha di situasi terjepit, pendanaan diloloskan, tapi upaya pengembalian dana menyulitkan. Karena sejatinya segala program yang berkaitan dengan pendanaan besar harus dirancangkan dengan tepat karena menyangkut kepentingan banyak orang. 

Seharusnya, Sandiaga Uno mampu berkaca pada program andalan yang dahulu digaungkannya pada saat pencalonan diri sebagai wakil presiden. Ia berucap kala itu jika program One Kecamatan One Center of Entrepreneurship (OK OCE) akan dijadikannya sebagai program nasional jika nanti terpilih sebagai wakil presiden. Padahal implementasi program tersebut di Jakarta sendiri mengalami kegagalan karena tidak komprehensif dari sisi perancangan konsep program yang berkaitan dengan pendanaan. 

Pada akhirnya, segala terobosan yang "katanya" akan direalisasikan itu merupakan suatu langkah yang berani dalam mengatasi keterpurukan ekonomi yang terjadi selama pandemi. Sandiaga Uno saat ini tengah memancarkan kesan optimistis meskipun terdapat segelintir pihak yang justru bersikap pesimis terhadap terobosan yang digulirkannya.

Diharapkan terobosan tersebut secara resmi dapat menjelma sebagai program kerja yang baik serta mampu membangkitkan keterpurukan ekonomi di masyarakat. Sebagai masukan, sebaiknya program-program tersebut untuk ke depannya tidak selamanya bersifat Badungsentris karena masih banyak wilayah-wilayah lain di Bali yang memiliki potensi pariwisata yang baik, namun kurang mendapatkan sentuhan dari sisi prioritas.

Editor: Robby Patria

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabadung.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Badung.
Ikuti kami