search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Patut Dicoba! Ragam Komposter Mudah Untuk Mengolah Sampah Organik di Rumah
Selasa, 16 Februari 2021, 18:25 WITA Follow
image

bbn/berkeluarga

IKUTI BERITABADUNG.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABADUNG.COM, ABIANSEMAL.

Budaya masyarakat yang cenderung konsumtif menjadi salah satu penyebab meningkatnya volume sampah tiap harinya. Rendahnya edukasi serta kesadaran terkait pentingnya pengelolaan sampah habis pakai akan berpotensi mencemarkan lingkungan yang berdampak pada kestabilan sumber daya alam.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Bali Partnership pada pertengahan tahun 2019 lalu, diperoleh data bahwa jumlah sampah di Bali per harinya mencapai 4.281 ton dan sebanyak 60% diantaranya merupakan sampah organik. 

Data di atas menunjukkan bahwa diperlukan semacam strategi yang harus diterapkan untuk mengurangi volume sampah, khususnya sampah organik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengubah sampah-sampah organik menjadi pupuk kompos agar tidak berakhir menumpuk di TPA. 

Berikut ini ragam komposter yang wajib Anda ketahui sebagai opsi dalam mengolah sampah-sampah organik.

1. Komposter Tabung
Dalam pengelolaannya komposter jenis ini memerlukan sebuah drum atau ember bekas sebagai komponen utamanya. Pada bagian bawah drum atau ember yang digunakan, Anda harus melubanginya untuk menciptakan sirkulasi udara.

Sirkulasi udara tersebut akan membantu proses pembusukan sampah, sehingga pada komposter jenis ini akan menghasilkan 2 jenis kompos, yaitu kompos padat dan kompos cair. Keunggulan jenis komposter ini adalah tidak memakan banyak tempat, sehingga Anda dapat meletakkannya di dalam rumah. 

2. Komposter Gerabah
Pada dasarnya, teknik pembuatan komposter ini dapat dikatakan hampir sama dengan teknik yang sudah umum digunakan oleh masyarakat, hanya saja media utama komposter yang digunakan adalah gerabah. Cara mengomposnya cukup mudah, Anda hanya perlu mengisi gerabah dengan daun kering, tanah, dan sampah-sampah organik yang dibasahi dengan air limbah rumah tangga, seperti air cucian beras misalnya. 

Agus Saputra, salah seorang masyarakat yang selama setahun belakangan ini mengolah sampah organik dengan komposter gerabah menjelaskan bahwa, takaran air limbah yang digunakan untuk pengomposan harus disiram hingga tanah benar-benar lembab.

"Dari sepengalaman saya, bagi pemula sebaiknya perlu untuk mengecek komposter selang 2 atau 3 hari, apabila hasil komposternya kering itu tandanya air limbah yang digunakan kurang banyak, sehingga mikroorganisme pengurainya tidak bermunculan," terang Agus. 

3. Komposter Biopori
Komposter biopori adalah jenis komposter yang dikubur di dalam tanah. Keunggulan dari jenis komposter ini adalah dapat menampung segala jenis material organik termasuk sampah dapur yang cenderung basah, berlemak dan berminyak. 

Komposter biopori dibuat dengan menggunakan pipa paralon berdiameter 10 sampai 15 cm. Setelah itu, pipa paralon dilubangi kecil-kecil, kemudian dimasukkan ke dalam tanah sedalam 1 meter atau lebih. Disarankan pula penggalian lubang untuk biopori ini agar jauh dari sumber air. Anda dapat memasukkan sampah dapur dan juga sampah-sampah organik berupa daun-daun kering ke dalam biopori secara bersamaan. Hasil kompos yang dihasilkan dari komposter biopori berupa kompos padat. 

Pupuk kompos yang sudah siap panen dapat diayak dan dikeringkan, sehingga pupuk yang dihasilkan lebih bersih dan teksturnya lebih halus.

Editor: Robby Patria

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabadung.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Badung.
Ikuti kami