search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Apresiasi Karya Tak Sekadar Dari Segi Nilai Jual 
Selasa, 23 Februari 2021, 11:45 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABADUNG.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABADUNG.COM, MENGWI.

Pandemi covid-19 yang telah berlangsung hampir setahun lamanya menimbulkan berbagai macam dampak, salah satunya adalah gangguan terhadap kesehatan mental. Pada Oktober 2020, WHO memperkirakan di negara-negara yang masyaraktnya berpenghasilan menengah ke bawah, terdapat lebih dari 75% masyarakat yang terkena gangguan kesehatan mental selama pandemi covid-19.

Oleh sebab itu, pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk tetap produktif meskipun pergerakan aktifitas sehari-hari dibatasi selama pandemi. Berbagai macam hal dapat dilakukan untuk mengisi waktu agar tetap produktif, misalnya melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan seni serta kreatifitas.

Merajut menjadi salah satu kegiatan yang saat ini tengah menjadi tren. Made Yuni, seorang mahasiswi akhir yang berasal dari Desa Sobangan, Mengwi, Badung, menekuni kegiatan ini kala pandemi. Ia menyatakan jika asal mula dirinya menekuni kegiatan ini adalah saat membeli sebuah produk kerajinan tangan hasil rajutan yang harganya cukup mahal. Karena begitu menyukai hasil rajutan, ia berinisiatif untuk mencoba membuatnya sendiri. 

"Saya begitu tertarik dengan produk rajutan yang saya beli waktu itu. Setelah saya perhatikan dengan seksama, saya pikir saya bisa membuatnya. Kemudian, mulailah saya untuk mencari referensi di internet agar saya bisa belajar otodidak dari rumah," terangnya.

Ia menuturkan jika merajut awalnya hanya dijadikan sebuah hobi semata dikala mengisi waktu kosong selama di rumah. Namun, karena melihat peluang bisnis dari hasil rajutan yang telah selesai ia buat, Yuni pun berinisiatif untuk menjual hasil rajutan tersebut kepada orang-orang terdekatnya. 

"Niat untuk berjualan itu muncul saat saya melihat hasil rajutan saya menumpuk di kamar. Jujur saya ketagihan karena saya pikir merajut adalah kegiatan positif yang menyenangkan serta dapat melatih fokus. Awalnya saya tawarkan dulu ke saudara saya, ternyata mereka memberikan respon positif dan akhirnya saya memutuskan untuk menjualnya secara online," tuturnya. 

Produk-produk rajutan yang dibuatnya terdiri dari atasan, gantungan botol dan telepon genggam, hingga tas. Hasil rajutan tersebut dipadukan dengan berbagai macam warna agar terlihat semakin menarik.

Ia menceritakan berbagai kendala yang menimpanya saat menekuni kegiatan merajut. Salah satu kendala terbesar adalah rendahnya tingkat pemahaman seseorang terkait bagaimana menghargai serta mengapresiasi produk buatan tangan. Ia menyatakan jika tidak sedikit orang mengeluh terkait tingginya nilai jual yang ditetapkan untuk satu produk rajutan. 

Yuni mengatakan jika suata karya membutuhkan waktu yang lama untuk dapat dinikmati oleh tiap orang. Hal tersulit dari penciptaan karya tersebut adalah bagaimana menuangkan ide-ide yang dimiliki untuk dibuat dan dirancang, sehingga akhirnya menjadi sebuah karya yang indah. 

"Banyak yang istilahnya 'mengeluh' sama saya dan mempertanyakan kenapa harganya cukup mahal. Bagi saya, hal yang paling dihargai dari sebuah produk buatan tangan itu adalah pengalaman serta kreatifitas dari orang yang membuatnya karena semua itu tidak instan," jelasnya. 

Yuni pun berharap semoga ke depannya makin banyak orang yang paham serta sadar mengenai arti sesungguhnya dari sebuah karya. Tidak hanya menilai karya tersebut dari sisi nilai jualnya saja, tetapi juga mendalami makna yang tersirat dari penggambaran sebuah karya yang tercipta.

Editor: Robby Patria

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabadung.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Badung.
Ikuti kami